17 October 2008

CIRI-CIRI AYAM TIREN

Apa itu tiren? Tiren merupakan singkatan dari Mati Kemaren. Belakangan ini, kata Tiren digabungkan dengan kata yang lain. Gabungan itu adalah ‘Ayam Tiren’. Apa itu ayam tiren? Mungkin sebagian dari kita sudah tahu apa artinya atau mungkin tahu maknanya, tapi tidak pernah mendengar ungkapan ini. Ayam tiren berarti ayam bangkai. Lalu apa? Kenapa dengan ayam bangkai itu? Sebenarnya tidak ada apa-apa. Hanya saja, ayam tiren ini dijual oleh sebagian orang. Dijual? Untuk apa? Untuk dimasak dan tanpa sadar kita konsumsi. Mengerikan bukan? Tapi bukankah setiap ayam yang dijual memang sudah mati atau dengan bahasa kasarnya, menjadi bangkai? Memang benar, ayam yang dijual di pasaran sudah mati. Tapi sebelum dijual, ayam itu masih hidup dan sehat baru dipotong. Ada perbedaan besar antara ayam tiren dengan ayam biasa. Yaitu, sebelum dijual dan dipotong pun, ayam tiren itu sudah mati dan menjadi bangkai. Jadi tanpa sadar, kita bisa memakan bangkai ayam. Dimana ayam yang sudah mati itu, kemungkinan mati karena sakit. Bayangkan saja, kita memakan daging yang penuh penyakit. Rasanya tidak bisa dibayangkan. Tapi memangnya kenapa dengan memakan ayam bangkai? Bukankah ikan pun bangkai? Memang ada kesamaan diantara keduanya. Sama-sama bangkai. Tetapi, ikan yang dijual dipasar memang sudah mati ketika ditangkap oleh nelayan. Meski masih ada yang hidup. Tapi kemungkinan besar, ikan yang ditangkap itu langsung mati. Sebab ikan tidak bisa bertahan hidup jika tidak ada air. Bukan berarti, ikan pun tidak bermasalah meski sudah menjadi bangkai. Ikan pun bisa menularkan penyakit. Ada penyakit yang menyerang hewan-hewan yang hidup di laut. Kenapa ayam bangkai itu bisa dijual? Sebagai masyarat awam, kita tidak tahu apakah itu ayam tiren atau bukan —di sini saya sebut sebagai ayam biasa. Dan dengan bebasnya, membelinya kemudian mengkonsumsinya. Alasan yang dikemukan oleh para penjual ataupun pembeli ayam tiren itu adalah alasan klasik. Yaitu Ekonomi. Kenapa alasan ekonomi? Sebab ayam tiren itu jauh lebih murah dari harga ayam biasa. Harga ayam biasa dipasaran —untuk saat tulisan ini dibuat— sekitar 15 ribu untuk 1 kilo. Dan satu ayam itu, bisa lebih atau kurang dari 1 kilo. Sedangkan harga ayam tiren, dijual per potongnya —tanpa melihat ukurannya— hanya 2 ribu rupiah. Murah bukan? Terlalu amat sangat murah untuk ukuran seekor ayam. Bahkan ikan saja, jarang yang harganya segitu. Paling hanya untuk ikan tertentu. Karena harga yang murah itulah, banyak orang tergoda untuk membelinya. Bagi masyarakat bawah ataupun masyarakat menengah, harga ayam yang murah menjadi pilihan. Mereka tidak mungkin curiga kenapa harganya semurah itu dari yang biasa. Apalagi di jaman yang serba mahal ini, tanpa pikir panjang mereka pasti akan membelinya. Lalu, apa masyarakat kita tidak sadar dengan ayam tiren itu? Sebagian besar TIDAK SADAR. Ketikdaksadaran itu dikarenakan, masih banyak yang tidak begitu paham soal ayam. Oleh karena itu, mereka bisa salah memilih ayam bangkai. Selain bisa terjebak dalam membeli ayam di pasar, orang pun bisa terjebak dalam memilih makanan. Sebab pedagang makanan pun, kadang ada yang menggunakan ayam tiren untuk dihidangkan ke pelanggan. Bukannya menakut-nakuti, tapi inilah kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi. Tentunya kita tidak mau, memakan ayam bangkai yang bisa saja merusak kesehatan kita. Bayangkan saja, ayam itu masuk ke mulut, kita kunyah, masuk ke lambung, ke urus 12 jari, ke usus halus untuk diserap sarinya baru ke usus besar. Sari yang ada di ayam itu, akan dibawa darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Tentunya kita tidak ingin sari pati itu menyatu dengan tubuh kita. Semua ayam mati dikumpulin dan dijual ke pedagang. Tentu aja, pedagang itu tahu kalo ayam-ayam itu udah pada mati semua. Makanya dijual muraaaah banget. Ayam yang mati itu tadi, dijual masih dalam keadaan utuh. Belum diapa-apain. Belum dipotong, dicabutin bulunya apalagi dibersihin jeroannya. Jadi masih bener-bener ayam utuh. Bagaimana ciri-cirinya ayam tiren??? - Waktu dipotong darahnya cuma keluar dikiiiit banget. Tentu aja nggak keluar darah, soalnya darahnya beku. Kan udah mati itu ayam. Beda sama ayam yang masih hidup. Waktu dipotong, tentu aja darah segar ngucur dari lehernya.

- Daging ayam tiren berwarna biru, tapi kalo ayam yang masih segar, warnanya kekuning-kuningan.

- Lalu bagaimana membedakan ayam tiren yang udah dimasak? Ini agak rumit, masalahnya ayam itu pas dimasak di kasih pewarna sepabrik, buat nyamarin warna birunya. Tapi bisa keliatan juga dari dagingnya. daging memiliki warna kemerahan. Terlihat jelas darah yang berada di dalam daging tersebut meskipun telah dimasak sebelumnya. Selain warna itu, bisa dicium juga dagingnya. Kalo baunya busuk, itu pasti ayam tiren. Dan kalo emang bener-bener mau yakin itu ayam aman, ya kasih aja kucing. Nggak usah banyak-banyak. Secuil aja. Kalo kucing nggak mau, itu artinya ayam tiren. Lalu bagaimana memilih daging ayam yang sehat???? Kalo mau beli, cari ayam yang dagingnya warna putih ke kuningan. Bukan yang putih cerah. Kalo yang putih cerah, itu pake formalin. Terus, biasanya kan, kita minta satu ayam itu dipotong-potong. Ada yang dipotong 8, 10 atau 12 —terserah kita mintanya berapa. Nah, perhatiin deh, kalo pas dipotong itu masih ada darah di tulangannya, maka itu ayam yang baru digorok. Selain itu, cium bau ayam itu. Emang setiap ayam itu bau amis, tapi kalo baunya terlalu amis / anyir, maka harus diwaspai. Lalu coba diliat di bawah kulitnya —tahu kan kulit ayam yang mana?— kalo banyak lendirnya yang kayak ingus, itu artinya banyak obat dan suntikan. Salah satunya ya formalin itu. Secara ringkasnya, ayam yang dikasih formalin itu : * Baunya langu. * Terus warnanya lebih cerah dari biasa. Semakin kena air, atau ke celup air, warnanya semakin cerah. * Terus selain ayam tiren, ayam yang sudah ditaro di es, warnanya kebiru-biruan dan dingin. Tapi belum tentu juga ayam yang masih hangat itu tandanya baru dipotong. Ayam itu hangat, karena emang baru dipotong atau juga karena dia siram pake air panas. Jadi hangatnya suhu daging ayam, belum tentu menjamin kalo ayam itu segar. Jadi Sebaiknya kita berhati-hati dalam memilih ayam atau makanan yang dijual dipasaran.

Back To Top