27 November 2008

Budidaya Ternak Sapi Perah (Lanjutan)

Melanjutkan artikel yang kemarin Budidaya Ternak Sapi Perah yang belum selesai saya selesaikan, heheheheh... Kita langsung aja ya melanjutkan topik tentang Budidaya Ternak Sapi Perah nya.... yang sempat ketunda..... lantaran ya... sibuk otak-atik blog sana sini, jadi posting artikelnya jadi terlupa..... Dah sampai batas mana ya????
Oh ya.... Pemilihan Bibit dan Calon Induk Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan laingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Sedangkan untuk menjamin mutu produk yang sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit sapi perah sebagai berikut :
  1. Mempunyai silsilah (pedigree) sampai 2 (dua) generasi diatasnya untuk bibit dasar/elite dan bibit induk;
  2. Mempunyai silsilah (pedigree) minimal 1 (satu) generasi diatasnya untuk bibit sebar;
  3. Berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular tang dinyatakan dengan Surat Kesehatan Hewan dari pejabat yang berwenang;
  4. Memiliki bentuk ideal, alat reproduksi normal serta tidak memiliki cacat fisik;
  5. Memiliki ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting empat, bentuk dan fungsi puting normal;
  6. Sudah potong tanduk (di-dehornim);
  7. Bukan dari kelahiran jantan dan betina (free martin);
  8. Secara khusus memperhatikan umur, tinggi pundak, berat badan, lingkar dada dan warna bulu sesuai dengan standar kelompok bibit sapai perah yang telah disepakati sebagai berikut :
    • Umur : betina minimal 15 – 20 bulan, jantan minimal 18 bulan
    • Tinggi pundak : betina minimal 115 cm, jantan minimal 134 cm
    • Berat badan : betina minimal 300 kg, jantan minimal 480 kg
    • Lingkar dada : betina minimal 155 cm
    • Warna bulu : hitam putih/merah putih sesuai dengan karakteristik sapi FH
  9. Berdasarkan kemampuan dan kualitas produksi susu tetuanya, bibit sapi terdiri dari dasar, bibit induk dan bibit sebar dengan persyaratan teknis seperti tabel berikut :
  10. Kategori Produksi Susu Induk (305 hari/pada laktasi) Induk yang mempunyai produksi susu 35 hari Kadar Lemak
    Bibit Dasar > 6.000 kg > 7.000 kg 3,5 %
    Bibit Induk 5.000 – 6.000 kg > 6.000 kg 3,5 %
    Bibit Sebar 4.000 – 5.000 kg > 5.000 kg 3,5 %
  11. Secara khusus untuk sapi perah pejantan lingkar scrotum minimal 32 cm;
  12. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
Perawatan Bibit dan Calon Induk Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungannya terkena radang ambing dan temperamennya. Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi resiko keseluruhan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari. Pemeliharaan
  1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
  2. Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawinkannya, sementara pemeliharaannya secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yeng dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati yang menjelang beranak dikeringkandangkan selama 1 – 2 bulan.
  3. Pemeliharaan Ternak
  4. Ternak dimandikan 2 hari sekali, khusus sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami dan sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar) Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa, untuk sapi pedet ditimbangkan seminggu sekali. Sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Untuk sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali, sedangkan sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
  5. Pakan
  6. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggale atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerasan sebanyak 30 – 50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1 – 2 % dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25 % hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dan lain-lain. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1 – 2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10 % dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara.
Perawatan Kandang Kotoran ternak ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+ 1 – 2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi. Penyakit Untuk memperoleh hasil yang baik, dalam budidaya ternak sapi perah harus memperhatikan persyaratan kesehatan hewan yang meliputi :
  1. Situasi penyakit, untuk budidaya sapi perah harus terletak di darah yang tidak terdapat gejala klinis atau bukti lan tentang penyakit radang limpa (antraks) kluron menular (Brucellosis). Berikut ini beberap penyakit yang harus diperhatikan dan diketahui gejala atau tanda-tanda penyakit tersebut.
    1. Penyakit Antraks
    2. Penyebab : Bacillus antrachis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman dan pernafasan. Gejala : (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Pengendalian : vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
    3. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae Epizootica (AE)
      Penyebab : virus ini menular kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur, dan benda lain yang tercemar kuman AE.
      Gejala : (1) rongga mulut, lidah dan telapak kaki atau atau tracak melepuh serta terdapat tojolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
      Pengendalian : vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
    4. Penyakit ngorok/mendengkur atau penyakit Septichaema Epizootica (SE)
      Penyebab : bakteri pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
      Gejala : (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan yang sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12 – 36 jam.
      Pengendalian : vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
    5. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot root) Penyakit ini menyerang sapi yang diperlihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala : (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
    6. Penyakit Mastitis Mastitis adalah peradangan pada ambing bagian dalam. Mastitis bersifat kompleks karena :
      • Penyebabnya beragam (bakteri : streptococcus sp, stphylococcus sp, dan lain-lain, kapang atau khamir serta virus)
      • Tingkat reaksinya beragam
      • Lama penyakitnya bervariasi
      • Akibat yang ditimbulkannya sangat bervariasi
    7. Sulit melaksanakan pengobatan sampai tuntas atau sembuh total. Ada 3 faktor mempermudah terjadinya mastitis yaitu, kondisi hewan itu sendiri, kondisi lingkungan yang buruk dan agen penyebab penyakit (mikroba)
Pencegahan Upaya pencegahan yang dilakukan adalah melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium terhadap penyakit hewan menular tersebut yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Mancatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak. Melaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan setempat terhadap kemungkinan timbulnya kasus penyakit terutama yang diduga sebagai penyakit hewan menular secara serta memperhatikan penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan dan diperhitungkan secara ekonomis. Pemotongan kuku dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali, dan setiap dilakukan pemerahan harus dilakukan uji mastitis. Tindakan Biosecurity juga sangat penting dalam rangka pengawasan kesehatan. Hal-hal tindakan biosecurity adalah sebagai berikut : - Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan piaraan lainnya yang dapat menularkan penyakit serta melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga, lalat, dan serangga lainnya. - Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak lainnya, pekerja yang melayani ternak yang sakit tidak diperkenankan melayani ternak yang lain dan selalu menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit - Mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong oleh yang berwenang. B. Hasil Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina. Selain susu sapi perah juga memberikan hasil yang lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.

Back To Top