16 May 2010

FAO Berikan Penghargaan Karena Bebas Flu Burung

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kalbar drh Abdul Manaf Mustafa. (FOTO Dian Rahmawati/ Equator)
PONTIANAK. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kalbar drh Abdul Manaf Mustafa mengungkapkan, Senin (11/5) lalu Food and Agriculture Organization (FAO) yang bermarkas di Roma mengunjungi Kalbar. Mereka melihat langsung Kalbar yang telah dinyatakan sebagai kawasan bebas flu burung atau H5N1 sejak Januari 2010 lalu.

“Mereka memberikan penghargaan (appreciate) sekali dengan keberhasilan Kalbar. Serta bentuk pengawasan di lapangan untuk terus mempertahankan bebas flu burung tersebut,” ungkapnya ditemui di ruang kerja, Jumat (14/5).


Dijelaskan Manaf, di tingkat dunia sudah ada kebijakan untuk FAO mengawasi masalah flu burung. Sehingga, bantuan negara-negara donor kepada pemerintah Indonesia, khususnya untuk menangani flu burung diberikan melalui FAO.

Tim yang berjumlah empat orang yang berkunjung ke Kalbar diketuai Mr Takayuki Hasiwara asal Jepang beranggota Dr Ray Webb asal Australia dan Dr Sylvie Tiller asal Perancis. Mereka didampingi Dirjen Peternakan, drh Muhammad Azhar sebagai tim ahli pemberantasan flu burung pusat. “Kedatangan mereka ini untuk mengetahui secara langsung, Kalbar yang sudah dinyatakan flu burung. Karena standarisasi yang digunakan Pemerintah Indonesia mengacu kepada standar operasional prosedur oleh Office International Epizootica (OIE),” terang Manaf.

Dijelaskan Manaf, tim ini merasa perlu untuk melihat secara langsung keberhasilan Kalbar dalam membebaskan flu burung, dan menerima sertifikat bebas flu burung pada Januari lalu. “Mereka ingin melihat langkah-langkah dalam pembebasan flu burung di Kalbar,” jelasnya.

Kedua, untuk mengetahui komitmen pemerintah daerah dan melihat langkah operasional dalam mempertahankan bebas flu burung di Kalbar. Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengungkapkan, kedatangan tim tersebut untuk melihat aspek pendanaan. Termasuk, dana yang diberikan oleh donor sampai sejauh mana penggunaan dana tersebut. “Semua data-data mereka pelajari, termasuk keterangan-keterangan yang kami berikan dan uji petik di lapangan,” tegas Manaf.

Kemudian kata Manaf, tim tersebut juga melihat sistem pelacakan penyakit yang diterapkan Pemprov Kalbar. Dimana, Disnakeswan Kalbar menggunakan sistem standarisasi yang telah direkomendasikan oleh FAO, yakni model PDSR atau Participatory Disease Surveillance and Respons. “Artinya, disini sistem pelacakan penyakit yang melibatkan peran serta dari masyarakat,” ungkap Manaf.

Lebih lanjut Manaf mengatakan, setelah tim FAO mengadakan pengkajian, tim menyimpulkan Kalbar yang dinyatakan bebas flu burung sejak Januari lalu sudah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh OIE (Badan Kesehatan Hewan Internasional). “Mereka pun melihat bahwa komitmen pemprov untuk flu burung ini memang  tinggi untuk membebaskan dan mempertahankan Kalbar,” kata Manaf bangga.

Lebih lanjut Manaf mengatakan, untuk langkah-langkah operasional yang sudah diambil Disnakeswan Kalbar bersama dengan dinas/instansi terkait mengutamakan atau mengedepankan pengendalian lalu lintas. “Kemudian diikuti dengan surveillance dan jika ada kasus kemudian dilakukan pemusnahan,” ungkap Manaf.

Ia menambahkan, selama ini bentuk pengawasan yang dilakukan Disnakeswan Kalbar, yakni dengan melarang masuknya unggas serta produk olahannya secara efektif dari daerah tertular ke daerah bebas sesuai dengan UU Nomor 16 tahun 1992 dan UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Dilanjutkan dengan adanya Surat Keputusan (SK) Gubernur Kalbar Nomor 259 tahun 2008. (ian)


Sumber: equator-news.com

Back To Top